Sunday, May 12, 2013

PENGEMBANGAN PEMBE;AJARAN AKIDAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH

Tugas Mata Kuliah Pengembangan Sistem Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Drs. MUSTAPA HALMAR, M.Ag


Oleh :
M. Qurotul Aein
1511310205


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam UU RI No. 20 Pasal I Tahun 2003 bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu setiap guru dituntut untuk meningkatkan kompetensi siswanya dalam setiap pembelajaran, karena pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku siswa.
Pendidikan agama islam adalah upaya dasar terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-quran dan hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan[1].
Dalam pendidikan formal tidak lepas dari peranan guru dalam mendidik peserta didik agar tercapai pemahaman dalam isi pembelajaran yang diajarkan oleh guru, tidak lain halnya dengan pembelajaran akidah akhlak pada siswa-siswi Madrasah Stanawiyah. Peranan guru sangat penting dan berpengaruh terhadap keetercapaian dalam  pembelajaran. Didalam proses belajar mengajar guru dituntun untuk dapat memberikan pembelajaran yang  kreatif, inovatif dan menarik  sehingga memudahkan siswa menerima pembelajaran dan siswa ikut aktif serta kondusif dalam proses belajar mengajar, selain itu guru juga sebagai mediator serta fotivator terhadap siswa siswi. Hal lain yang perlu diperhatikan, didalam proses mengajar guru perlu menggunakan metode-metode dan media pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Dengan adanya metode-metode tertentu siswa tidak hanya duduk diam dan mendengarkan guru ceramah, akan tetapi siswa juga berkatifitas dalam pembelajara tersebut.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

BAB II
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH

A.      Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan dapat bermakna kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif bagaimana menjadi pendidikan islam lebih besar, merata dan meluas pengaruhnya dalam konteks pendidikan pada umumnya. Sedangkan secara kualitatif bagaimana menjadikan pendidikan islam  lebih baik, bermutu, dan lebih maju sejalan dengan ide-ide dasar atau nilai-nilai ilam itu sendiri [2]. Pengembangan pembelajaran islam merupakan pembentukan potensi anak agar memiliki kekuatan sepiritual keagamaan. Selain itu guru memadukan nilai- nilai sains dan teknologi serta seni dengan keyakinan dan kesalehan dalam diri peserta didik.
Pembelajaran adalah usaha sadar yang sistematis, pembelajaran merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat[3]. Mencermati penajababaran diatas, bahwa proses pembelajaran merupakan unsur yang sangat sentral terhadap perubahan pada manusia baik anak didik maupun masyarakat. Dengan demikian untuk proses pembelajaran harus dibuat dengan sangat mudah dan sekaligus menyenangkan siswa agar siswa tidak merasa tertekan  secara psikologis dan tidak merasa bosan terhadap suasana dikelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya, oleh karenanya maka perlu adanya pengembangan pembelajaran.
dalam konteks pendidikan sekolah pengembangan pembelajaran berperan penting dalam mendonorkan kulitas sekolah. Pengembangan pembelajaran menumbuhkan ide-ide baru yang tujuannya untuk memudahkan siswa dalam menerima pembelajaran itu sendiri, selain itu guru berperan penting dalam pengembangan pembelajaran, sebagaimana guru adalah figur yang mentransferkan ilmu-ilmu dalam pengajaran. Melihat perkembangannya sekarang, guru dituntut dapat mengembangan pembelajaran untuk dapat diterima dan dicerna oleh anak dengan sangat mudah, guru tidak lagi menggunakan metode-metode lama, ceramah dan pemberian tugas. Yang membuat siswa merasa jenuh atau bosan. Sebagaimana kita lihat, bahwa guru memiliki banyak kontribusi terhadap pembetukan sikap, perilaku, serta ketercapan pembelajaran kepada peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Dalam  mengembangankan pembelajaran guru dapat menggunakan cara atau metode-metode tertentu yang dapat menumbuhkan motivasi dan semangat siswa dalam proses belajar. Selain itu perananan alat peraga dan media juga menunjang aktivitas siswa, dengan adanya metode dan media diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar sehingga pembelajaran berjalan dengan kondusif, aktif dan berjalan dengan baik.
B.       Akidah
Menurut etimologi akidah adalah, sangkutan, ikatan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan  segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan[4]. Kedudukan akidah sangat sentral dan fundamental karena akidah merupakan asas seluruh ajaran islam dan juga sebagai gantungan sekaligus sangkuntan segala sesuatu dalam islam. Persoalan Aqidah sebetulnya lebih didasarkan pada keyakinan hati, keyakinan terhadap Allah termasuk zat, sifat, wujud, serta keyakinaan terhadap yang terangkum dalam rukun iman. Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari Akhir serata mengimani perkara ghaib serta apa-apa yang telah dikabarkan oleh Al Qur’an dan Al Hadist dan selanjutnya  rukun iman tersebut dimanifestasikan dalam bentuk sikap hidup dan amal perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai salah satu disiplin ilmu, objek kajian ilmu aqidah adalah tauhid, iman, islam, hal-hal yang bersifat ghaib, kenabian, takdir, berita-berita/kisah-kisah yang telah terjadi pada masa lalu maupun yang akan datang, dasar-dasar hukum yang bersifat kaffih (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa wal bid’ah (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah) semua aliran dan sekte yang menyimpang dari agama islam serta cara kita menyikapi aliran-aliran tersebut, akhlak baik dan buruk, dan lain-lain.
Didalam islam aqidah merupakan fondasi utama yang sekaligus syarat untuk bertemu  dengan Allah di akhirat dan juga syarat diterimanya amalan oleh Allah SWT[5]. Sebagaimana firman Allah SWT :
 Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(QS. Al Kahfi : 110).
Pendidikan aqidah merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi kekuatan spritual keagamaan yang dimiliki seseorang. Pendidikan akhlak dan moral merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia untuk berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Sedangkan pendidikan ibadah merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan kemampuan manusia untuk mampu mengendalikan dirinya dalam bertingkah laku dan juga untuk memperkuat kekuatan spritual keagamaannya[6]. Didalam wacana pendidikan pembelajaran akidah sangat erat kaitannya dengah akhlaq, Aqidah dan Akhlaq adalah satu kesatuan yang tak dapt dipisahkan, dan saliang ada keterkaitan antara Aqidah dan Akhlaq. Aqidah adalah merupakn dasar munculnya akhlaq  (akhlaq al karimah dan akhlaq madzmumah) Karena Akhlaq adalah merupakan cerminan keadaan batin yang mempunyai hubungan dengan tuhan ( Hablum Minalloh ) yang konsisten dan istiqomah dengan nilai-nilai keimanan. Kertika nilai – nilai keimanan seseorang mencapai kesempurnaan, maka akan mencul pula akhlaq yang sempurna yang tercermin dari cahaya keimanan seseorang yang merupahan cahaya uluhiyyah. Akan tetapi sebaliknya jika nilai-nilai keimanan seseorang berada pada level yang paling bawah, maka dengan sendirinya yang muncul adalah nilai akhlaq yang tidak terpuji (akhlaqul madzmumah) yang kurang diwarnai oleh cahaya uluhiyyah.
C.      Pengembangan Pembelajaran Akidah
Dalam belajar mengajar memunculkan istilah guru sebagai satu pihak dan siswa sebagai lain pihak. Keduanya memegang peran, posisi dan tanggung jawab yang berbeda-beda namun bersama-sama mencapai tujuan. Guru bertanggung jawab mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan susila yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu agama islam, pengetahuan dan membimbingnya. Sedangkan anak didik  berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari guru.
Didalam lingkup kelas, guru mempunyai peran yang strategis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru merupakan personil sekolah yang memiliki kesempatan bertatap muka lebih banyak dengan siswanya, oleh karena itu seorang guru hendaknya menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, mengelola program belajar, mengelola kelas, menggunakan metode, media dan sumber, menguasai landasan pendidikan, merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran, serta mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa[7]. Olehkarena itu guru dalam mengelola belajar mengajar harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
Namun didalam pembelajaran, seringkali dalam pelaksanaannya guru kurang memperhatikan aspek-aspek yang dapat meningkatkan belajar siswa. Dengan demikian penulis ingin mengembangkan pembelajaran akidah pada siswa kelas VIII MTs Hasyim Asyari dengan materi pelajaran Iman Kepada Nabi. Dengan demikaian dengan pengembangan pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga berjalan dengan kondusif dan mudah diterima oleh siswa. Adapun pengembangan pembelajarannya yaitu dengan menggunakan media proyektor dan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Cooperative tipe Jigsaw.
1.         Media Proyektor
Menurut Heinich, dkk, kata “media” berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yng secara harfiah berarti “perantara”, yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan[8]. Sedangkan dalam proses pembelajaran, media dapat diartikan sebagai : Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran; sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya; sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat lunaknya[9]. Dari keterangan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa  media merupakan sarana penyampaian pesan atau informasi baik itu seperti buku, film, video, slide maupun pesan lainnya yang sengaja dibuat untuk menyampaikan pesan materi pembelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran kepada siswa.
Media proyektor merupakan media visual. Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam dan media proyeksi gerak. Media ini membutuhkan aliran listrik dan juga ruangan tertentu yang memadai.
Menimbang materi yang akan diajarkan yaitu tentang iman kepada para Nabi dan Rosul maka penulis ingin menyampaikan materi dalam bentuk slide didalam media proyektor, serta untuk menumbuhkan motivasi dan semangat siswa penulis juga menampilkan sebuah film salah satu rasul. Didalam film tersebut nantinya akan di teliti oleh siswa tentang sifat wajib para rosul.
2.         Metode Pendekatan Cooperative tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-6 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-6. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli[10].
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yaitu : tahap I (kooperatif asal), tahap II (kelompok ahli), tahap III (kelompok gabungan). Untuk meningkatkan aktivitas siswa perlu ada motivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik[11].
Adapun Persiapan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran akidah adalah sebagai berikut :
a.    Pembentukan Kelompok Belajar.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
·         Kelompok kooperatif awal (kelompok asal). Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.
·         Kelompok Ahli. Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal.

b.    Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Adapun  langkah-langkah kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran akidah sebagai berikut :
·      Sebelum memulai inti pelajaran siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3-6 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A,B,C,D,E
·      Guru memberikan materi lewat media proyektor serta film salah satu rosul,
·      Setelah itu guru membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
·      Setelah itu masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu kelompok
·      Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya
·      Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas yang telah dipahami kepada kelompok asal
·      Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
·      Guru memberi kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok awal (kelompok asal).
·      Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.
c.       Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative  Tipe Jigsaw
Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan pembelajaran Cooperative tipe Jigsaw :
Karena masing-masing siswa diberi tanggung jawab pribadi kepada tiap kelompok, maka siswa dapat belajar bertanggung jawab dan lebih memahami batasan yang didiskusikan[12].
1.        Mengajarkan siswa lebih kreatif dan tanggap.
2.      Siswa lebih aktif untuk belajar.
3.      Dapat menjalin kerjasama yang baik antara teman-teman, karena para siswa dihadapkan oleh tujuan-tujuan yang heterogen dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
4.      Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
5.      Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan karena para siswa ikut aktif dalam pembehasan sampai kesuatu kesimpulan.
6.      Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti semangat toleransi, siswa yang demokratis, kritis dalam berfikir, tekun, dan sabar.
Maka dari itu dengan adanya media dan model pembelajaran penulis tertarik untuk mengembangkan pembelajaran akidah, dengan harapan dengan menggunakan media dan model pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas siswa, pemahaman siswa sehingga proses belajar mengajar menjadi kondusif selain itu dengan adanya pengembangan ini pendidikan agama islam khususnya di Madrasah Tsanawiyah dapat meningkat lebih baik. serta pengamalan-pengamalan yang terkandung didalam pembelajaran tersebut dapat dicerna dan di pahami dan dapat menjadikan pengamalan untuk menuntun hidup para siswa kearah lebih baik yang diridhai Allah.





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pengembangan dapat bermakna kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif bagaimana menjadi pendidikan islam lebih besar, merata dan meluas pengaruhnya dalam konteks pendidikan pada umumnya. Sedangkan secara kualitatif bagaimana menjadikan pendidikan islam  lebih baik, bermutu, dan lebih maju sejalan dengan ide-ide dasar atau nilai-nilai ilam itu sendiri. Pengembangan pembelajaran islam merupakan pembentukan potensi anak agar memiliki kekuatan sepiritual keagamaan. Selain itu guru memadukan nilai- nilai sains dan teknologi serta seni dengan keyakinan dan kesalehan dalam diri peserta didik.
Proses pembelajaran merupakan unsur yang sangat sentral terhadap perubahan pada manusia baik anak didik maupun masyarakat. Dengan demikian untuk proses pembelajaran harus dibuat dengan sangat mudah dan sekaligus menyenangkan siswa agar siswa tidak merasa tertekan  secara psikologis dan tidak merasa bosan terhadap suasana dikelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya, oleh karenanya maka perlu adanya pengembangan pembelajaran.
Menurut etimologi akidah adalah, sangkutan, ikatan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan  segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Pendidikan aqidah merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi kekuatan spritual keagamaan yang dimiliki seseorang. Pendidikan akhlak dan moral merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia untuk berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Sedangkan pendidikan ibadah merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan kemampuan manusia untuk mampu mengendalikan dirinya dalam bertingkah laku dan juga untuk memperkuat kekuatan spritual keagamaannya
Pengembangan pembelajaran di lembaga pendidikan yang berbasis islam, tetntunya tidak kalah bersaing dalam memajukan dan mendidik siswa untuk menjadi lebih baik lagi, dengan adanya pengembangan pembelajaran diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan agama islam dan yang tujuannya adalah pencapaian kepada peserta didik baik dari segi ruhaniah maupun jasmaniah. Maka dari itu penulis memaparkan pengembangan pembelajaran akidah dengan menggunakan media proyektor dan model pembelajarn kooperatif Jigsaw. Dengan menggunakan media proyektor dan model kooperatif Jigsaw ini, diharapkan pembelajaran akidah pada MTs dapat meningkat dan berkembang lebih baik lagi, tetntunya dengan berkembangnya pembelajaran dapat menggugah semangat dan motivasi dan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar.
B.       Saran
1.         Mengingat begitu pentingnya pembelajaran akidah bagi siswa maka guru perlu mengembangkan pembelajaran akidah baik dengan menggunakan metode-metode pembelajarn, model pembelajara, maupun media pembelajaran. Serta guru perlu mengetahui sedalam-dalamnya tentang pengetahuan dan Konsep maupun persiapan dalam memberikan materi  pembelajaran akidah kepada siswa.
2.         Dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar memperhatikan fungsinya, sebagaimana guru selain menjadi penceramah guru juga menjadi motivator, fasilitator, dan mediator. Guru benar-benar memperhatikan fungsinya sebagai motivator agar siswa tidak merasa jenuh, bosan dan bermain-main sendiri didalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik dan pembelajaran menjadi kondusif.





DAFTAR PUSTAKA


Halim Simatupang Blogger9125tag.blogger.com.

Hidayat Junaidi, dkk. 2009. Memahami Akidah Akhlak. Jakarta. Erlangga.

Idris Muhammad dan Barizi Ahmad, 2009, Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.

M.A. Muhaimin, H. Dr. Prof., 2011, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

M.Pd., S.Pd., Trianto, 2007, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Puataka Publisher,

S.H. Ali Daud Mohammad, Prof. H,  2011, Pendidikan Agama Islam, PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Slavin Robert, 2009, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek, Bandung, Nusa Media.

SM, Ismail. M.Ag., 2008, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang, Rasail Media Group.


Winataputera S. Udin. dkk, 2005, Stratedi Belajar Mengajar, Universitas Terbuka.



[1]  Prof.H. Mohammad Daud Ali,S.H. Pendidikan Agama Islam. 2011, PTRajagrafindo Persada. Jakarta. Hal: 49.
[2] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. 2011, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 01.
[3] Ismail SM, M.Ag. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem. 2008, Rasail Media Group. Semarang. Hal : 10
[4] Prof.H. Mohammad Daud Ali,S.H. Pendidikan Agama Islam. 2011, PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Hal: 199.
[7]  Ahmad Barizi dan Muhammad Idris,. Menjadi Guru Unggul. 2009, Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, Hal : 150
[8]  Udin S. Winataputera dkk, Stratedi Belajar Mengajar, 2005, Universitas Terbuka, Hal : 5.3.
[9]  Ibid, Hal : 5.3 - 5.4
[10]    Robert E. Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. 2009, Nusa Media, Bandung,. Hal : 236-237
[11] Trianto,S.Pd.,M.Pd., Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, 2007. Prestasi Puataka Publisher, Jakarta,. Hal : 75
[12]  Halim Simatupang Blogger9125tag.blogger.com.

No comments:

Post a Comment